POTENSI
Tak ada harta pusaka yang sama berharganya dengan kejujuran.
(Mohammad Hatta)

POTENSI DAN PELUANG
Tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang vertikal terhadap kualitas bangsa. Tingginya minat membaca seseorang sangat berpengaruh terhadap wawasan, mental dan prilaku orang tersebut. Ada banyak faktor mengapa literasi masyarakat Indonesia memilki persentase yang “tidak maksimal”, yang permasalahan ini harus segera mendapatkan perhatian yang serius.
Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita juga mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Jadi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melek teknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga peka terhadap politik. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut. Kepekaan atau literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja. Tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif. Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu didukung atau dikembangkan di sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. Budaya literasi juga sangat terkait dengan pola pemelajaran di sekolah dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan. Tapi kita juga menyadari bahwa literasi tidak harus diperoleh dari bangku sekolah atau pendidikan yang tinggi. Kemampuan akademis yang tinggi tidak menjaminm seseorang akan literat. Pada dasarnya kepekaan dan daya kritis akan lingkungan sekitar lebih diutamakan sebagai jembatan menuju generasi literat,
yakni generasi yang memiliki ketrampilan berpikir kritis terhadap segala
informasi untuk mencegah reaksi yang bersifat emosional.
"Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku."
(Mohammad Hatta)
Potensi bangsa Indonesia sangat besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya yang terdiri dari berbagai suku, yang memiliki beraneka ragam budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Namun jika ditinjau dari kualitas sumber daya manusianya dirasakan masih sangatlah rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan. Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri
dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca.
Pemerintah pada saat sekarang ini memberikan perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan. Minat membaca berbanding lurus dengan tingkat kemajuan Pendidikan suatu bangsa. Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Parameter kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi pendidikannya. Pendidikan selalu berkaitan dengan kegiatan belajar. Belajar selalu identik dengan kegiatan membaca karena dengan membaca
akan bertambahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang. Pendidikan tanpa
membaca bagaikan raga tanpa ruh. Fenomena pengangguran intelektual tidak akan
terjadi apabila masyarakat memiliki semangat membaca yang membara.
Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan
dan pengetahuan dihasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang di dapat, sedangkan ilmu pengetahuan didapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu wilayah yang haus akan ilmu pengetahuan semakin tinggi kualitasnya. Kualitas suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi, faktor kualitas dipengaruhi oleh membaca yang dihasilkan dari temuan-temuan para kaum cerdik pandai yang terekam dalam tulisan yang menjadikan warisan literasi informasi yang sangat berguna bagi proses kehidupan sosial yang dinamis. Para penggiat pendidikan sepakat bahwa pintu gerbang penguasaan ilmu pengetahuan adalah dengan banyak membaca. Sebab dengan membaca dapat membuka
jendela dunia. Ketika jendela dunia sudah terbuka, masyarakat Indonesia akan dapat
melihat keluar, sisi-sisi apa yang ada dibalik jendela tersebut. Sehingga cara
berpikir masyarakat kita akan maju dan keluar dari zona kemiskinan
menuju kehidupan yang sejahtera.
Bila sebelumnya membaca identik dengan buku atau media cetak saja, maka di zaman sekarang yang sudah serba digital, membaca tidak lagi terpaku pada membaca kertas, karna segala
informasi terkini teleh tersedia di dunia maya/internet dan media elektronik lainnya.
Dengan semakin mudahnya media untuk mendapatkan informasi bacaan maka
sudah seharusnya kita tingkatkan minat baca kita. Penguasaan literasi
dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulang punggung
kemajuan peradaban suatu bangsa.